Karena Jogja adalah Dia, dan Kamu adalah Solo
Rabu kemarin saya ke Jogja. Ya, mendadak ada urusan gitu sih. Hmm... Ngomong-ngomong soal Jogja, pasti pikiran kalian tertuju pada kota pelajar yang indah, istimewa, kulinernya mak nyuss, wisatanya aduhai, dan tak lupa themon-nya yang menggoda iman. #ehemm 🤧
Ada cerita menarik pas pulang ke Jogja kemarin. Jadi, aku pulang naik maskapai Ijo Citilink (Iya dong, selain murah, ini maskapai selalu tepat waktu. Hm... Nggak selalu sih. tapi daripada maskapai sebelah mending ini deh. Ciyeeh, endorse nih😎). Pas dari Padang-Jakarta sih flat aja, aku tidur pulas soalnya. Nah, waktu Jakarta-Jogja nih, aku mulai berburuk sangka saat pesawat hendak take off. Aku tunggu nggak ada yang datang juga di bangku (macam anak sekolah aja 😅) sampingku. Wah bener nih. Ini konspirasi. Sengaja pihak maskapai memposisikan aku di tepi PINTU DARURAT dan SENDIRIAN dalam perjalanan menuju JOGJA. Sungguh ini adalah konspirasi paling Akbar sepanjang sejarah hidupku. ðŸ˜
Sejenak hening. Aku mulai berpikir positif. Mungkin ini hanya kebetulan semata. Atau alam sedang berbicara bahwa inilah kenyataan yang sedang aku derita lalui. Tapi akhirnya aku sadar. Aku tak sedang dalam kedaruratan hidup, juga tak sendiri. 😎
Kata orang, kota ini kota seribu puisi. Di mana setiap sudut Kota Jogja romantis. Cih, itu cuma hanya ada dalam dongeng saja. Yang romantis sih ada, tapi coba bandingkan dengan yang harus berakhir dengan tangis. OMG! 😫ðŸ˜
Tapi buat aku, Jogja adalah kota di mana kita mereka pernah ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Terdengar manis namun bengis, sadis namun romantis. Anjaaayyyy.... Opo maneh iku dab. 😂😂
Kehilangan memang pantas untuk dirayakan. Karena di setiap tangis derita seseorang, selalu ada tawa bahagia bagi orang lain. Serius dab. Memang seperti itulah hidup. Dan kamu yang pantas merayakan kebahagiaan atas derita orang lain juga nggak perlu ragu, nggak perlu sungkan. Rayakan saja. Karena di setiap tawa manten, selalu ada tangis mantan. 😂😅😂😅 Sabar dab